Friday, August 28, 2009

Segenggam Tabah


Bisa saja kau menangis semahumu
Tapi kau pilih untuk tertawa riang
Membaluti rasa kecewamu
Dengan dada lapang menghiburkan hati.

Bisa saja kau menjerit marah
Tapi kau pilih untuk mengukir senyum
Memadamkan api amarahmu
Dengan zikrullah menyejukkan hati.

Bisa saja kau mengalah tewas
Tapi kau pilih untuk terus bertahan dan melawan
Mendepani saat kegagalanmu
Dengan segenggam ketabahan yang padu.

Kerana jauh di sudut hatimu
Kau amat jelas dan percaya
Akan segala derita dan kepayahan yang mengujimu
Hanyalah sementara cuma.

~Alyasufi~

Saturday, August 22, 2009

Salam Ramadhan al-Mubarak



"Kumengharapkan Ramadhan...kali ini penuh makna....
Agar dapat kulalui...dengan sempurna..."


Thursday, July 23, 2009

Di Mana Aku?

Sudah lama tidak mencoret sesuatu. Ujian demi ujian yang datang bertali arus sejak akhir-akhir ini sedikit-sebanyak menggugah jua benteng kekuatan jiwa saya. Saya hanyut seketika dalam arus deras bernama 'mehnah' dari-Nya. Mujurlah saya masih sempat berpaut pada tangan insan-insan tersayang yang terhulur setia di sisi, menemani saya mengharungi ujian, mencari kembali kekuatan dan nilai diri yang kian sirna dari acuan peribadi sendiri. Terima kasih Tuhan, kerana rahmat kasih-Mu yang Maha Luas membenarkan diri ini untuk bangkit kembali dari 'tidur'.

Seminggu dua ini, hati saya terasa begitu lapang dan ringan sekali. Seolah-olah ketulan batu besar dan berat yang menghempap jiwa saya telah diangkat, dibuang jauh-jauh. Seolah-olah hijab tebal dan gelap yang menyelubungi akal waras saya selama ini telah ditanggalkan, dicabut. Bukanlah bermaksud masalah sudah selesai atau pun ujian sudah dilepasi dengan jayanya. Hanya merasakan diri ini sudah mulai berani berkongsi segala masalah yang dihadapi. Segala rasa hati yang terpendam, terjeruk lama dalam sangkar hati ini akhirnya terluah juga kepada orang lain. Alhamdulillah, pada saya langkah kecil ini pun sudah cukup baik, suatu perkembangan baru yang positif sedang berlaku pada diri saya.

Sebelum ini, bertahun-tahun saya kunci pintu hati, mengasingkan diri dari dunia luar walau pada zahirnya mereka melihat saya sebagai seorang peramah, periang, terbuka dan bermotivasi tinggi. Sebenarnya tiada siapa pun yang benar-benar mengenali diri saya yang sebenar, hatta 'best friend' sendiri. Mungkin juga empunya diri ini pun belum benar-benar maklum akan diri sendiri.

bersambung....

Tuesday, February 24, 2009

Ziarah Ke Daerah Sepi


Salam kesejahteraan buat kalian
Aku datang lagi ke daerah kalian
Hanya pelawat biasa

Hanya sebentar ziarahku ini.


Sepi daerah kalian tanpa suara nista

Tenang daerah ini memujuk hatiku yang rawan

Haruman kemboja tak pernah bosan

Menyambutku dengan mesra.


Aku berteleku di atas rumah kalian

Kalimah suci kutitipkan penuh tulus

Kusirami penuh kasih rumah kalian

Dengan air mawar beserta kuntuman doa

Moga tenang kalian bermukim di sana.


Sejenak tafakur mengisi ruang mindaku

Menghitung dosa pahala yang terhimpun

Selama aku bermusafir di perjalanan

Yang masih panjang dan berliku.


Salam kesejahteraan buat kalian

Aku harus pergi meneruskan musafirku

Jangan jemu menanti kepulanganku
Kerana aku juga nanti

Bakal bermukim di daerah sepi ini.

Alyasufi

Friday, January 16, 2009

Discover The 90 / 10 Principle

Discover the 90/10 Principle.
It will change your life (at least the way you react to situations).



What is this principle?
10% of life is made up of what happens to you. 90% of life is decided by how you react.

What does this mean?
We really have no control over 10% of what happens to us.
We cannot stop the car from breaking down. The plane will be late arriving, which throws our whole schedule off. A driver may cut us off in traffic.

We have no control over this 10%. The other 90% is different. You determine the other 90%.

How? ……….By your reaction.
You cannot control a red light. but you can control your reaction. Don't let people fool you; YOU can control how you react.

Let's use an example.

You are eating breakfast with your family. Your daughter knocks over a cup of coffee onto your business shirt. You have no control over what just happened.

What happens next will be determined by how you react.

You curse. You harshly scold your daughter for knocking the cup over. She breaks down in tears. After scolding her, you turn to your spouse and criticize her for placing the cup too close to the edge of the table. A short verbal battle follows. You storm upstairs and change your shirt. Back downstairs, you find your daughter has been too busy crying to finish breakfast and get ready for school. She misses the bus. Your spouse must leave immediately for work. You rush to the car and drive your daughter to school. Because you are late, you drive 40 miles an hour in a 30 mph speed limit. After a 15-minute delay and throwing $60 traffic fine away, you arrive at school. Your daughter runs into the building without saying goodbye. After arriving at the office 20 minutes late, you find you forgot your briefcase. Your day has started terrible. As it continues, it seems to get worse and worse. You look forward to coming home. When you arrive home, you find small wedge in your relationship with your spouse and daughter.

Why? …. Because of how you reacted in the morning.

Why did you have a bad day?

A) Did the coffee cause it?
B) Did your daughter cause it?
C) Did the policeman cause it?
D) Did you cause it?

The answer is “D". You had no control over what happened with the coffee. How you reacted in those 5 seconds is what caused your bad day.

Here is what could have and should have happened.

Coffee splashes over you. Your daughter is about to cry. You gently say, "Its ok honey, you just need to be more careful next time". Grabbing a towel you rush upstairs. After grabbing a new shirt and your briefcase, you come back down in time to look through the window and see your child getting on the bus. She turns and waves. You arrive 5 minutes early and cheerfully greet the staff. Your boss comments on how good the day you are having.

Notice the difference?

Two different scenarios. Both started the same. Both ended different.

Why?
Because of how you REACTED.

You really do not have any control over 10% of what happens. The other 90% was determined by your reaction.

Here are some ways to apply the 90/10 principle. If someone says something negative about you, don't be a sponge. Let the attack roll off like water on glass. You don't have to let the negative comment affect you!

React properly and it will not ruin your day. A wrong reaction could result in losing a friend, being fired, getting stressed out etc.

How do you react if someone cuts you off in traffic? Do you lose your temper? Pound on the steering wheel? A friend of mine had the steering wheel fall off) Do you curse? Does your blood pressure skyrocket? Do you try and bump them?

WHO CARES if you arrive ten seconds later at work? Why let the cars ruin your drive?

Remember the 90/10 principle, and do not worry about it.

You are told you lost your job.
Why lose sleep and get irritated? It will work out. Use your worrying energy and time into finding another job.

The plane is late; it is going to mangle your schedule for the day. Why take outpour frustration on the flight attendant? She has no control over what is going on.
Use your time to study, get to know the other passenger. Why get stressed out? It will just make things worse.

Now you know the 90-10 principle. Apply it and you will be amazed at the results. You will lose nothing if you try it. The 90-10 principle is incredible. Very few know and apply this principle.

The result?

Millions of people are suffering from undeserved stress, trials, problems and heartache. We all must understand and apply the 90/10 principle.

It CAN change your life!!!

Enjoy….

Author: Stephen Covey

Thursday, January 8, 2009

Hayya bil Jihad!!! : Save Palestine


Semakin hari Israel bertindak semakin kejam! Mereka menyerang, membunuh rakyat Palestine tanpa mengira usia...kanak-kanak yang masih suci jiwanya dan tidak mengerti apa-apa tentang hakikat dunia fana yang penuh kezaliman ini pula yang menjadi mangsa. Orang tua dan golongan wanita yang kudratnya tidak seberapa turut tidak terlepas! Tentera Israel secara terang-terangan mencabar dunia dengan 'membersihkan' Palestine tanpa belas-kasihan...seolah-olah mereka tahu tiada siapa yang berani bangkit menentang mereka, mahupun membela Palestine. Sekadar perarakan tunjuk perasaan, piket dan memorandum dari beberapa organisasi kecil tak 'bertaring'....apalah sangat yang hendak ditakutkan oleh Israel dan sekutu-sekutunya?!

Jadi, apa lagi peranan & usaha yang boleh kita lakukan untuk membantu saudara-saudara kita di Palestine sana? Kalau boleh biarlah sekurang-kurangnya 'suara' kita ini bukan saja sampai didengari oleh saudara-saudara di Palestine, malah mampu memberikan tekanan terhadap Israel dan sekutunya!! Saban hari kita mendengar keluhan, rintihan simpati terhadap rakyat Palestine...tak kurang juga berguni-guni sumpah-seranah, caci-maki dan kutukan laknat terhadap Israel, Zionis dan sekutunya.

Saya terfikir, apa impak yang Israel dan sekutunya dapat dengan sumpah-seranah kita? Kita berada jauh dari saudara-saudara kita di Palestine sana, apa lagi yang mampu kita buat selain menghamburkan rasa sakit hati dan marah kita melalui sumpah-seranah terhadap 'makhluk' yang memang tak berhati perut dan berperikemanusiaan itu??!!! Tiba-tiba seruan jihad bergema mengetuk-ngetuk minda saya untuk turut sama menggalas keperitan yang dirasai oleh saudara kita di Palestine.

Selain doa dan munajat kepada Ilahi memohon perlindungan ke atas rakyat Palestine, apa lagi yang boleh....yang mampu kita umat Islam yang jauh dari Palestine sana....lakukan???? Mengangkat senjata......terus-terang keberanian kita ini jauh ketinggalan berbanding anak-anak kecil di Palestine sana yang mudah saja mengangkat ketulan-ketulan batu menentang tentera Israel yang lengkap bersenjata moden dan canggih!!! Apa lagi jihad yang boleh kita....UMAT ISLAM SELURUH DUNIA....boleh lakukan??!!

Saya minta sangat-sangat saudara-saudara SEISLAM di luar sana untuk renungi kembali diri kita bersama-sama. Sudah terlalu lama kita dipisahkan oleh sempadan geografi dan budaya. Sedangkan ISLAM dulu berkembang di bawah satu panji yang sama dengan kalimah yang SATU "La ila ha illallah...Muhammadur rasulullah"....KALAU SUKAR SANGAT UNTUK BERSATU DI BAWAH NAMA ISLAM....SEKURANG-KURANGNYA BERSATULAH.....BERGABUNGLAH DI BAWAH NAMA KEMANUSIAAN SEJAGAT!!!

Help FREE Palestine by Boycott,Reject, Refuse,Impose Sanctions All Israel & American Products Worldwide - from your home, supermarkets, shopping malls etc and Don't use USD dollars for trade..but change to Dinar, Dirham, Euroes..They soon will collapse as their USD has no based except trade. If you can't boycott all, boycott half...It will still have an impact on them in a long run...

Lists of Israel & American products. You can live without them...Change products from other countries.

[Kata-kata saranan ini saya terbaca di dalam Youtube. Menariknya saranan ini bukanlah ditulis oleh seorang Muslim, sebaliknya seorang non-Muslim berbangsa Amerika / Eropah (saya tidak pasti) tapi sangat cintakan keimanan! Saya berasa amat malu pada diri sendiri tatkala membaca saranan ini kerana suatu waktu dulu saya pernah memandang remeh seruan untuk memboikot semua produk yang menyokong Israel & Zionisme. Ditegur secara halus oleh ALLAH buat kesekian kalinya melalui seorang non-muslim...apakah saya masih nak bersikap endah tak endah lagi seperti dulu?!!!! Ya ALLAH....malunya aku yang mengaku sebagai Muslim tapi tidak berani melaksanakan tanggungjawabku!!!]


Kita mungkin tak mampu untuk memboikot semua produk 'pro-Israel' ini disebabkan kita tiada / belum ada produk 'pengganti' yang setanding dengan semua produk tersebut.
Saya tahu kebanyakan produk tersebut berkualiti dan termasuk dalam senarai 'produk kegemaran' kita. Saya sendiri banyak menggunakan 'produk kegemaran' saya, seperti NOKIA, NESTLE, KOTEX, JOHNSON&JOHNSON dll. Namun kita masih boleh memboikot produk 'pro-Israel' ini secara berperingkat dan teratur, sedikit demi sedikit tapi konsisten dan mesti ada disiplin! Lama-kelamaan mesti boleh boikot semua produk dalam senarai tu!

Saya sekarang ni pun tinggal beberapa produk saja yang masih saya gunakan...terutamanya NOKIA!! Macam mana ya....nak gantikan dengan jenama apa yang setanding, yang sepadan? Saya sukar melepaskan NOKIA sebab ia 'mesra pengguna'. Dah lama saya tinjau-tinjau dan bertanya teman-teman...mungkin dalam masa terdekat ni saya akan putuskan hubungan saya dengan NOKIA. Penggantinya masih belum tahu....

TAPI....KALAU SETAKAT SEORANG, DUA SAHAJA YANG BEGITU BERIA-IA BERKEMPEN NAK MEMBOIKOT SEMUA PRODUK 'PRO-ISRAEL'.......saya fikir tak ke mana pun hasilnya. Israel, Zionis, Yahudi tak terasa terancam walau sedikit pun...mungkin saja mereka KETAWA MENGEJEK melihat betapa hebatnya KESATUAN UMAT ISLAM ini!!! Ahhhhh......malunya saya bila memikirkan ISLAM TERCINTA bakal berterusan diejek-ejek lagi oleh 'makhluk' tak sedar diri seperti Israel dan sekutunya!!

Akhir bicara....ayuh kita semua sama-sama menyahut seruan jihad yang amat kecil ini jika nak dibandingkan dengan jihad yang rakyat Palestine lalui sejak berzaman lagi!! Kalau kita benar-benar ikhlas nak tolong rakyat Palestine di sana, bersatulah seperti saranan non-muslim tersebut, kalau tak dapat boikot semuapun boikot separuh pun sudah boleh memberikan impak jangka panjang kepada gerak kerja Israel. Kalau usaha kita yang sekecil ini dapat menggugat dan menggegarkan Israel dan sekutunya, sekurang-kurangnya kita pun tidaklah terasa diri ini TIDAK BERBUAT APA-APA untuk ISLAM. Kalau jihad sekecil ini pun kita sukar laksanakan (berkorban memboikot kebanyakan 'produk kegemaran' kita)....TAK USAHLAH KITA BEGITU LANTANG NAK MELEMPARKAN SUMPAH-SERANAH & LAKNAT KEPADA ISRAEL & YAHUDI.....

Fikir-fikirkanlah......

PERINGATAN buat diri yang sering lupa & alpa.....


[Sami Yusuf feat. Outlandish : Palestinian, Try Not To Cry]

Thursday, January 1, 2009

Peringatan dari Allah!



3 hari sebelum Tahun Baru 2009

"Tak boleh dibiarkan lagi ni!!" aku hanya tersenyum sumbing mendengar rungutan Eisha teman sebilikku. Belum pernah sepanjang persahabatan kami, aku melihat dia semarah itu. Rupanya ada lagi insan yang lebih garang dari aku. "Saya tak kira, Cik Ya! Malam ni saya mesti buat perhitungan dengan dia? Mentang-mentang dia lebih tua dari kita, dia ingat dia boleh buat kita macam budak kecil ke?!!" aku terkebil-kebil, masih membisu. Aduhai sahabat, sabarlah....bertenanglah. Aku tahu dia marah. Aku juga marah. Tapi sikapku yang lebih banyak berfikir & memerhati membuatkan aku lebih banyak berdiam diri.
Biar betul Eisha ni? Eisha yang aku kenal, lemah-lembut, sopan, hormat orang lebih tua, tapi malam ni dia sangat berbeza.

"Akak, saya nak bincang sikit dengan akak ni?" Eisha memulakan bicara, masih lagi dalam nada suara yang terkawal. Aku perhatikan Kak Ha yang membisu sejak tadi. Dia buat-buat tidak endah. Aduh, sabarlah hati...

"Akak, saya kalau boleh nak cakap elok-elok dengan akak. Akak tolonglah dengar saya nak cakap ni!" aku dapat merasakan Eisha semakin hilang tahap kesabarannya. Dia berkalih posisi duduknya. Aku pula masih berdiam diri, mengambil sikap tunggu & lihat dulu. Kak Ha terus baring di atas tilamnya, menarik selimut tebalnya sehingga ke paras dada. Mendidih juga hati aku melihat perangai Kak Ha ni.

"Hah, apa dia?! Nak bincang hal apa lagi? Akak nak tidurlah ni!!" seperti biasa, jawapan yang sudah begitu lazim diberikan kepada aku & Eisha. Kak Ha mem
belakangi kami berdua. Aduh, kali kedua hatiku bagaikan ditusuk sembilu. Sakitnya. Eisha sudah mula mengurut-urut dada. Seperti yang telah kuduga, tak sampai seminit perbincangan antara mereka berdua bertukar menjadi pertelagahan. Dan paling teruk apabila aku pula ditarik masuk ke dalam kancah pertelagahan yang tak ubah macam budak kecil bergaduh! (Maksudnya, aku pun dah jadi macam budak kecil jugalah ni??...huhu...)

Lama jugalah kami bertiga bergaduh, bertengkar sampai tak sedar suara masing-masing dah sampai ke volum maksima. Paling malu bila dua orang teman serumah yang tidur di bilik bersebelahan masuk ke bilik kami untuk menenangkan kami. Tiba-tiba Kak Ha mengeluarkan kata-kata yang agak melampau pada pendengaranku. Apa lagi, terus sahaja aku bertempik "Kak Ha keluar ajelah dari rumah ni!! Kami dah tak tahan dengan Kak Ha, tahu tak?!!" saat aku menyedari keterlanjuranku semuanya sudah terlambat. Nasi sudah menjadi bubur. Tapi secara jujur aku tidak pula berasa menyesal, sebaliknya berasa lega dapat meluahkan kata-kata itu yang selama ini terbuku saja di dalam hati. Tiba-tiba suasana di dalam bilik kami menjadi khali seketika.


'Alang-alang menyeluk pekasam, biar sampai ke pangkal lengan! Alang-alang dah terlajak kata, biar sampai terus mesej & maksud yang nak disampaikan!' begitu aku & Eisha sepakat untuk meminta Kak Ha untuk keluar dari rumah sewaan kami ini. Bukanlah disebabkan pertelagahan kami pada malam itu, tapi sejak Kak Ha masuk ke rumah sewaan kami ini, sikapnya yang suka mengarah & 'memperbudakkan' kami membuatkan kami hilang sabar & rasa hormat terhadapnya.


2 hari sebelum Tahun Baru 2009

Semester baru bermula. Petang, aku ke rumah tuan rumah untuk membayar duit sewa bulan ini. Dalam perancanganku, memang aku ingin bertanya pakcik tuan rumah tentang status rumah yang kami duduki sekarang di samping berbincang serba-sedikit berkaitan jadual tuisyen anak bongsu beliau. Jika diikutkan kepada perjanjian awal ketika kami membayar deposit rumah, kami akan duduki rumah sewa itu selama 2 semester (bermula Jun 2008 sehingga Mei 2009). Namun, tiba-tiba pakcik tuan rumah meminta kami untuk mencari rumah sewa baru & keluar dari rumah sewa sekarang pada Februari akan datang kerana anak beliau yang sudah berkeluarga ingin duduk di rumah tersebut.

Walaupun berasa agak terkilan kerana pakcik tuan rumah melanggar perjanjian, tapi aku cuba memahami keadaan keluarga beliau yang kian bertambah besar dengan kehadiran ahli keluarga baru. Iyalah, takkan nak bersempit-sempit dalam satu rumah tu sampai 3 keluarga, kan? Jadinya aku mengalah saja dalam diam. Petang itu juga, aku ajak Eisha keluar untuk mencari iklan rumah sewa. Kebetulan Eisha baru saja selesai menulis notis untuk diberikan kepada Kak Ha (notis keluar dari rumah). Terpaksalah dia batalkan niat untuk bagi notis tu. Sebelum kami keluar, aku sempat menyampaikan berita sedih ini kepada ahli rumah yang lain. Sampai ke Maghrib jugalah kami merayau sekitar pondok bas di dalam kawasan kampus meninjau-ninjau iklan rumah sewa yang sesuai. Sudahnya, kami berjaya mendapatkan 2 iklan yang paling sesuai dengan keperluan kami saat itu. Alhamdulillah, kurang sikit tekanan perasaan yang mula menggangguku.

Seusai menunaikan fardhu Maghrib, aku & Eisha masing-masing menghabiskan kredit kami menghubungi empunya iklan rumah sewa. Aku dapat apartmen kosong di Blok 21, Eisha pula dapat di Blok 17. Terus kami bandingkan harga deposit, sewa & kelengkapan yang ada. Hmm...bila dibanding-bandingkan, dicongak-congak, ternyata apartmen di Blok 21 agak mahal & di luar kemampuan kami (tak ada peti sejuk & mesin basuh pula tu!). Jadi kami sepakat pilih Blok 17 walaupun sedar apartmen di situ agak sempit. Malam tu juga kami pergi ke Blok 17 untuk melihat bakal rumah sewa baru kami. Alhamdulillah, melangkah masuk ke ruang tamu itu, aku sudah terpikat. Bukan saja lengkap & selesa (walaupun agak sempit), yang penting sekali tuan rumah & ahli rumah itu (seorang kakak yang tua setahun dari aku yang terlebih dahulu menyewa di situ) sangat baik, peramah & bertimbang rasa. Tak mengapalah walaupun sewanya agak mahal berbanding rumah sewa sekarang, asalkan selesa.

Pulang ke rumah, aku ajak ahli rumah yang lain untuk berbincang duduk perkara sebenar status kami semua. Aku tahu mereka semua berasa terkejut & sedih kerana sudah serasi & selesa dengan rumah sewa sekarang. Namun apakan daya, mungkin ada hikmah di sebalik semua yang berlaku. Mujurlah, ahli rumah tak banyak kerenah & sudi memberikan kerjasama epada aku & Eisha yang terpaksa menguruskan banyak hal.

Sebelum tidur aku berseloroh dengan Eisha, "Baru kelmarin kita minta Kak Ha keluar. Sekarang kita pun kena keluar juga." Eisha hanya mengiakan saja kata-kataku.

"Padanlah dengan muka kita, Cik Ya. Siapa suruh pasang niat tak baik nak 'halau' orang??huhu..." Eisha tergelak kecil sedang aku hanya mampu tersengih macam kerang busuk.

Dan sebelum mata masing-masing kian layu diulit rasa mengantuk, aku sempat berbisik kepada Eisha, "Mungkin Allah nak memberikan peringatan kepada kita, Sha. Allah tak suka kita guna kekasaran & kekerasan. Allah nak tegur kita yang bersikap agak biadap terhadap orang yang lebih tua dari kita kelmarin. Mungkin juga, ini peringatan atau petunjuk dari Allah untuk menunaikan doa kita yang nak sangat menjauhkan diri daripada orang-orang seperti Kak Ha." kesepian melingkari kami berdua larut malam itu. Subhanallah, sungguh halus cara Allah dalam menegur hamba-Nya yang tersilap langkah seperti kami ini. Dalam kesepian malam yang kian larut itu, aku bersyukur & berdoa kepada Allah agar terus memberikan peringatan & teguran kepadaku dalam menempuhi liku-liku kehidupanku yang penuh ranjau ini. (^^)v

Moral cerita : Jangan mudah dipengaruhi nafsu amarah, kelak hanya mencetuskan api sengketa & dendam. Bersabarlah & berselawatlah untuk menenangkan hati-hati yang sedang menggelegak marah. Yakinlah pada janji-janji Allah, setiap sesuatu yang berlaku pasti ada hikmah di sebaliknya (cuma perlu cari saja...mana tahu terselit di mana-mana celah, kan...? hehe...(^^)v )

Novel Bersiri : Mahar Cinta Humaira (Bab 1) - sambungan




Bandaraya Raudhah, 10 tahun lalu


Luna masuk ke ruang tamu dengan menatang dulang membawa secawan minuman coklat panas. Perlahan-lahan wanita muda berusia dalam lingkungan 20-an itu meletakkan minuman tersebut di atas meja kecil yang tersedia di sisi sofa empuk yang terletak di tengah-tengah ruang tamu tersebut. Kemudian dia berdiri tegak, menanti dalam diam di sisi sofa. Beberapa minit kemudian kedengaran pintu utama dibuka dan ditutup semula. Luna tersenyum.

"Saya dah balik," dia bersuara lemah, keletihan jelas menguasai tubuhnya tika ini. Luna masih tersenyum. Tanpa berlengah dia terus menghenyakkan batang tubuhnya ke atas sofa empuk buatan Itali itu. Wajahnya tampak sedikit pucat dan lesu.

"Selamat pulang. Minuman sudah disediakan, masih hangat lagi,"

Luna masih tersenyum menyambut kepulangannya. Dia hanya mengangguk perlahan tanpa bersuara. Minuman coklat panas dihirup perlahan, terasa segar sedikit. Matanya terpejam rapat.

"Bagaimana perkembangan di sekolah hari ni?" Luna masih di sisi sofa empuk tersebut, menanti jawapan daripadanya.

"So far so good," dia menjawab malas.

"Datuk ada hubungi hari ni?" Luna mengangguk perlahan, mengiyakan.

"Sejak akhir-akhir ni, Cik Muda nampak sibuk dengan aktiviti di sekolah. Tuan bagi amaran, agar Cik Muda jangan terlalu rapat dengan teman-teman di sekolah. Tuan juga pesan, Cik Muda jangan sesekali lupa pada tugas utama Cik Muda," Luna mengingatkan.

"Aku tahu tugas aku. Tak perlu kau ingatkan pun aku takkan pernah lupa,"

"Baguslah, kami sangat berharap pada Cik Muda Anastasia sebagai pewaris tunggal kumpulan kita ini,"

"Luna! Berapa kali perlu aku ingatkan agar kau tak sentuh hal ini?!" tiba-tiba saja dia bertempik kuat memarahi wanita muda di hadapannya itu. Luna hanya tertunduk diam, senyuman masih lagi menghiasi raut wajahnya.

"Maafkan saya atas keterlanjuran saya, Cik Muda," suara Luna masih lunak seperti biasa. Dia hanya mengangguk perlahan. Langsung tidak memandang wanita muda itu.

"Ada apa-apa lagi yang hendak kau cakap, Luna?"

"Benjamin beritahu saya tadi, pada Rabu minggu depan ada ha
ri perjumpaan pihak guru dengan ibu bapa pelajar di sekolah Cik Muda. Cik Muda tak beritahu saya pun, adakah Cik Muda ada perancangan lain yang saya tak tahu?" tiba-tiba dia tergelak mendengar pertanyaan Luna.

"Apa yang kau fiirkan, Luna? Kau masih boleh tahu hal sekolah melalui ahli kumpulan kita yang lain, walaupun aku tak beritahu kau. Aku cuma malas nak memikirkan hal-hal remeh begini. Hmm...eloklah kau dah tahu, jadi jalankan tugas dan mainkan peranan kau ketika berdepan dengan orang luar. Aku pasti kau ingat dengan jelas tugas dan peranan kau, bukan begitu, Luna?"

"Sudah tentu saya ingat, Cik Muda,"


Wanita muda itu menunduk hormat kepadanya dia berlalu pergi dari ruang tamu banglo tiga tingkat itu. Anastasia kembali memejamkan matanya rapat-rapat. Terlalu banyak perkara yang perlu difikirkan dan diambil pertimbangan sebelum dia boleh meneruskan rancangannya dan melaksanakan tindakan seterusnya.

Pada usia remajanya, Anastasia langsung tidak berpeluang untuk menikmati keseronokan kehidupan remajanya seperti yang dilalui oleh remaja lain. Dia tampak terlalu matang berbanding usia sebenarnya yang masih mentah. Sejak kecil lagi kehidupannya sudah diaturkan, ditetapkan oleh datuknya. Hanya untuk tujuan pewaris tunggal kumpulan yang dipimpin oleh datuknya, dia hilang kebebasan untuk bermain, berkawan dan sebagainya. Walaupun dia benci dan letih dengan kehidupannya yang 'terkurung' di dalam sangkar emas datuk, dia tiada pilihan lain selain terus patuh kepada arahan demi arahan datuk.

"Ahhhhhhh!!!!!!"

Cawan minuman coklat yang masih bersisa tadi sudah tergolek. Isinya tertumpah mengotori permukaan permaidani tebal yang terhampar di tengah ruang tamu. Anastasia duduk kembali, terasa lapang seketika dadanya. Terasa puas dapat menjerit sekuat hatinya sebentar tadi, walaupun dia tahu kepuasan yang dirasai hanya seketika cuma. Dia termangu sekejap, ada sesuatu yang sedang mengganggu ruang fikirannya saat ini.

"Jatuh cintakah aku pada dia?"dia bergumam sendirian.


Spontan bibir mungilnya meleretkan sebuah senyuman penuh makna. Tidak semena-mena seraut wajah bersih lelaki yang sentiasa mampu menggugah hati hawanya itu muncul di kotak memori. Ah, tak mungikin dia jatuh cinta. Itu cuma perasaan yang sementara, yang selalu memerangkap dan menghanyutkan remaja sepertinya. Paling penting, tak mungkin dia diizinkan untuk merasai perasaan sebegitu, apatah lagi terhadap lelaki yang terlalu jauh berbeza prinsip hidupnya jika dibandingkan dengan apa yang menjadi kepercayaan keluarganya. Mengenangkan segala hakikat perbezaan itu, membuatkan senyumannya terus mati
. Wajah bersih lelaki itu kini digantikan pula dengan wajah bengis milik datuknya.


"Sudahlah, Anastasia! Jangan berani nak bermimpi indah!" dia menempelak dirinya sendiri. Raut wajahnya kembali serius dan tegang. Dia merengus beberapa kali sebelum bangkit meninggalkan ruang tamu yang sedia sunyi dan suram itu. Sesunyi ruang hatinya yang sekian lama terkunci rapat dari dunia di sekelilingnya.



Selamat Tahun Baru 2009!!



Selamat tinggal tahun 2008...selamat datang tahun 2009. Semoga tahun ini lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Semoga tahun ini menjanjikan kebaikan & keuntungan buat kita semua di dunia & di akhirat. Namun, dalam kemeriahan & kegembiraan kita menyambut Tahun Baru & memasang azam baru (meskipun blm pernah ditunaikan)...cukuplah kita menyambutnya dengan penuh kesederhanaan & keinsafan. Jangan sampai kita terleka & alpa sehingga terjerumus dengan noda maksiat tanpa kita sedari. Tentu kita semua tidak mahu mendapat kemurkaan & laknat dari Allah Ta'ala gara-gara kecuaian kita sendiri, bukan? Biarlah kita mulakan tahun baru ini dengan penuh barakah, jangan pula awal-awal tahun lagi kita sudah cemari dengan palitan dosa. Sambil-sambil memasang azam & perancangan sempena kehadiran tahun baru ini, jangan lupa juga untuk muhasabah & mengkoreksi diri sepanjang tahun lalu agar boleh diperbaiki & diubah kepada yang lebih baik. (^^)v


DOA QUNUT NAZILAH